HALOSULSEL.COM, JAKARTA -- Indonesia akan menjadi tempat uji coba vaksin TBC yang tengah dikembangkan oleh pendiri Microsoft sekaligus filantropis dunia Bill Gates.
Hal tersebut disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat menerima kunjungan Bill Gates di Istana Kepresidenan Jakarta.
"Terutama beliau sedang kembangkan vaksin TBC, untuk dunia, Indonesia akan jadi salah satu tempat yang akan diuji coba," ujar Prabowo, Rabu (7/5/2025) kemarin.
Pernyataan Prabowo terkait uji coba vaksin itu, sontak menarik perhatian publik dan memicu berbagai reaksi di media sosial.
Menyikapi reaksi tersebut, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Officer Hasan Nasbi menegaskan bahwa vaksin Tuberkulosis (TBC) baru yang dikembangkan Bill Gates tidak diuji coba di Indonesia.
Hasan mengoreksi bahwa Indonesia menjadi tempat uji klinis. Dia menjelaskan bahwa vaksin ini akan melakukan uji klinis tahap 3 di Indonesia.
Artinya, lanjut Hasan, vaksin TBC baru ini sudah terjamin aman karena sudah dilakukan uji praklinis, uji klinis tahap 1 dan tahap 2.
"Sekarang untuk menguji berapa persen yang sembuh dengan menggunakan vaksin ini, bukan menguji vaksin ini aman atau tidak," kata Hasan di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 10 Mei 2025.
Hasan sekaligus menegaskan bahwa nantiny Vaksin TBC yang dikembangkan Bill Gates tidak akan diuji ke masyarakat umum.
"Dan sampai hari ini menurut Menteri Kesehatan tidak ada laporan mengenai hal-hal yang ditakutkan terjadi dan ini kan enggak diuji ke masyarakat umum," katanya.
Lebih lanjut, Hasan menegaskan bahwa vaksin ini tidak diuji kepada masyarakat umum, tetapi kepada pasien yang membutuhkan. Hal ini dilakukan untuk menguji efektivitas vaksin.
"Pahami dulu, ini bukan uji coba. Vaksinnya sudah terbukti aman. Sekarang mau menguji seberapa banyak orang yang sembuh dengan vaksin ini karena vaksin itu cocok-cocokan." Ujarnya.
Ia kemudian menyebut beberapa kawasan yang sudah menunjukkan dampak positif dari hasil uji vaksin tersebut.
"Diuji di Afrika bisa sembuh 80 persen, diuji di kita mungkin sembuhnya 60 persen atau sebaliknya, diuji di Afrika sembuhnya 60 persen, di kita 90 persen. Menguji seberapa efektif vaksin ini dalam menyembuhkan,” tutur Hasan.
Menurutnya, uji klinis vaksin TBC baru ini di Indonesia juga dilakukan dengan pengawasan dari berbagai organisasi, termasuk World Health Organization (WHO).
“Jadi, ini di bawah pemantauan WHO, di bawah pemantauan berbagai organisasi, Kementerian Kesehatan, rumah sakit, universitas, banyak sekali yang memantau standarisasi pelaksanaan uji klinis ini,” ucap dia.
Selain itu, uji coba ini juga tidak hanya dilakukan di Indonesia tetapi juga di beberapa negara lainnya di dunia.
Hasan menjelaskan alasan Indonesia berpartisipasi agar Indonesia bisa mendapatkan prioritas untuk memproduksi vaksin jika sudah teruji efektif.
“Kalau vaksin ini sudah teruji dan approve, kita mendapatkan prioritas untuk memproduksi vaksin sendiri sehingga bangsa kita diharapkan 2030 nanti ini bisa terbebas dari TBC. Ini kan penyakit negara yang kurang-kurang maju, di sementara kita mau jadi negara yang maju,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga membantah anggapan bahwa masyarakat Indonesia menjadi kelinci percobaan setelah Indonesia menjadi tempat uji coba vaksin TBC atau tuberkulosis yang dikembangkan oleh Bill Gates.
Budi mengatakan, uji coba vaksin TBC ini merupakan bagian dari edukasi kepada masyarakat karena TBC adalah penyakit menular yang dapat membunuh banyak penderitanya, termasuk di Indonesia
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa lebih dari 2.000 relawan di Indonesia telah menerima suntikan vaksin dalam uji klinis yang dimulai sejak November 2024. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran.
"Sekarang Indonesia menjadi tempat clinical trial tahap tiga. Sudah jalan, 2.000-an lebih sudah disuntikkan," kata Budi dalam sebuah acara di Jakarta, Jumat (9/5/2025).
Ia menekankan bahwa para relawan bukanlah "kelinci percobaan", karena vaksin ini sudah melewati uji klinis fase pertama dan kedua, yang memastikan keamanannya. Hingga kini, belum ditemukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang serius.(*)